Headlines News :

MUTIARA ISLAM

“Sesungguhnya suatu amalan jika dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar, maka ia tidak akan diterima. Jika benar tetapi tidak ikhlas, maka juga tidak akan diterima hingga ia ikhlas dan benar. Adapun ikhlas adalah karena Allah & benar adalah menurut sunnah Rasulullah". Fudhoil bin Iyadh
Home » » Di Pagi Itu

Di Pagi Itu

Written By Unknown on Senin, 19 Januari 2015 | 07.43



(Ramule.com) Pagi itu tatkala sang surya belum sepenuhnya membuka mata, kuberanjak pulang setelah semalam mengadakan acara dengan kawan sekelas dahulu. Selepas Shalat shubuh berjama’ah yang memang tiada tara keindahannya, dan ketika warna kuning mulai naik dari balik bukit dan aroma khas pantai menyambut pagi itu dengan penuh kedamaian,  kuambil motor lama dan pulang menyusuri tepian anak bengawan solo.

Melewati jalan rusak dan sepinya hutan memang menjadi konsumsi yang selalu kudapati tatkala keluar masuk desa, yang terkadang terdengar ramai-ramai dari kebun cabe dan kebun jangung. Namun bukan masalah suasana maupun keadaan lingkungan hidupku yang hendak kututurkan dicoretan sederhana ini.
Setelah kurang lebih melewati jarak 5 kilo dari tempat berkumpul semalam, aku dengan santainya mengemudikan kuda besi tua yang kumiliki. Terlihat dari kejauhan seorang laki-laki berumur 70-an berjalan tertatih-tatih menghindari lobang dan bebatuan besar yang memang menghiasi rute perjalanan. Semakin jelas terlihat bahwa beliau adalah laki-laki tua, ya aku tidak salah duga bahwa beliau berumur 70-an atau bahkan lebih, dan ketika itu terlihat olehku ditangan kanannya terdapat sebotol air putih dengan botol putih yang menghiaju karena lumut, dan sebungkus nasi dengan kemasan khas, yakni daun pisang, ditambah ditangan kirinya terdapat sabit tumpul. Padahal waktu itu matahari masih belum sepenunya meninggalkan peraduan.
Ku putuskan untuk membonceng bapak tua tersebut, dengan muqodimah penawaran terlebih dahulu. Setelah bapak tersebut menerima tawaranku, maka kubonceng beliau dan terjadi percakapan antara kita diatas motor merahku.
bapak hendak kemana kok jalan kaki?
hendak kekebun dik” jawabnya.
kok pagi sekali pak, lha bapak rumahnya mana?” tanyaku.
itu diatas gunung” jawabnya sambil menunnjuk gunung yang membujur di sebelah barat kami.
ha? Jauh sekali pak” aku kaget, karena jarak dari gunung tersebut ketempat aku menawarkan bantuan kepada bapak ini tadi, kurang lebih berjarak 10 kilo dengan jalan kaki terlebih beliau orang yang sudah lansia.
iya dik, lha gimana lagi memang tempat kerjanya di sini” jawabnya dengan menarik nafas.
setiap hari pak? Memang ada tanaman apa pak?” keingin tahuanku terus menuntutku bertanya.
iya setiap hari, ada cabe sedikit dan jagung” terangnya.
Kemudian aku putuskan untuk membahas masalah jenis jagung dan cara tanam jagung yang dipraktekkan beliau dan orang sedesanya, ditambah beliau bercerita kegagalan tanam yang beliau alami. Kami alihkan pembicaraan karena nada bapak tersebut mulai menunjukkan kesedihan. Namun karena ada yang masih menganjal dihati maka akupun bertanya lagi.
pak, inikan jauh, bapak setiap hari kesini, jalan kaki. Lha kok sendiri toh pak?”
iya dik, istri saya sudah 8 tahun menderita kebutaan, jadi yang bekerja dan lain sebagainya ya saya sendiri, karena istri sudah tidak bisa apa-apa” jawabnya.
lha anaknya pak?”. Keingin tahuanku terus mendorongku bertanya, mungkin disini aku salah karena aku tidak memperhatikan perasaan orang, tapi aku ingin tahu apa yang menimpa beliau.
dik saya punya anak satu laki-laki, dia merantau ke kalimantan sudah 6 tahun belum pulang, tapi tidak sepeserpun mengirimi kami uang, dik, walaupun dia g ngirim ya tidak mengapa lah, tapi paling tidak ya pulanglah kami kangen dengannya, kami sudah tua ingin dirawat olehnya.” Jawabnya
Setelah mendengar jawaban tersebut, akupun hanya bisa meneteskan air mata dan berdoa untuknya. Aku juga berdoa jangan sampai orang tuaku mengalami nasib yang sama dan jangan sampai aku mendzolimi orang tuaku.
Kawan sekalian, mari kita ambil ibroh dari pengalaman kami dipagi buta itu. Orang tau sudah mencurahkan segalanya untuk kita tatkala kita masih kecil, ingatkah ketika orang tua kita sedang makan terkadang tanpa pikir panjang kita buang air dan ngompol didepannya, ketika kita menangis orang tua merayu kita agar kita tidak menangis. Namun terkadang ketika kita besar, kita kurang mengindahkan perasaan orang tua, terkadang kita merantau jauh meninggalkan orang tua lantas kita jarang menjenguknya atau minimal menelponnya, ya memang kita sering terlalu durhaka kepada orang tua kita.
Sekian.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | JR | JR
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2014. Ramule - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by JR